Amblesnya Jalan RE Martadinata Jakarta Utara merupakan tanda awal dari sebuah bencana alam di masa mendatang, yang tersebut tidak lepas dari dampak krisis penurunan permukaan tanah dan abrasi air laut yang berlebihan. Amburadulnya konsep pembangunan kawasan pantai di Jakarta Utara tanpa diimbangi AMDAL yang memadai, serta diperparah dengan banyaknya sumur air tanah mempercepat penurunan permukaan tanah dari tahun ke tahun.
Untuk mengantisipasi terjadinya abrasi yang telah mengakibatkan Jalan RE Martadinata ambles, Wali Kota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono meminta kepada seluruh stakeholder di Jakarta Utara membantu menggiatkan penanaman pohon bakau atau mangrove di sepanjang 35 kilometer bibir pantai di kawasan Jakarta Utara.
Bukan hal yang aneh apabila Jakarta dalam kurun 20 tahun kedepan akan tenggelam, selain itu terjadi banjir di musim hujan akibat rendahnya permukaan tanah dan ksisis air bersih di musim kemarau.
Hasil penelitian menunjukkan sudah terjadi penurunan permukaan air tanah (land subsidence) hingga 40 meter sehingga dalam beberapa tahun ke depan Jakarta dikhawatirkan mengalami krisis air tanah. Selain itu, faktor intrusi air laut ke wilayah daratan akan membahayakan kondisi air tanah di Jakarta karena tidak layak minum. Apabila krisis air bersih benar-benar terjadi, maka warga kelas menengah ke bawah akan menjadi korban pertama.
Pada akhirnya kepedulian terhadap tanah Jakarta memang harus menjadi tanggung jawab semua pihak. Kesadaran ini jauh lebih penting untuk didorong ketimbang sekadar mengenakan pajak setinggi-tingginya. Tidak kalah pentingnya, perlu dibenahi konsep pembangunan kawasan pantai bahwa selama pengambilan air tanah tak terkendali, laju penurunan permukaan tanah Jakarta kian mengkhawatirkan.
Lee Cheng Swee
Jl Bungur Raya, Jakarta Pusat