KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Ratusan kapal secara misterius menganggur di lepas pantai Malaysia sepanjang masa kemerosotan perekonomian. Kapal-kapal itu dikhawatirkan membahayakan lingkungan dan keselamatan di sekitarnya.
Kapal-kapal itu berlabuh di perairan lepas di ujung selatan Negara Bagian Johor, yang berhadapan dengan Singapura. Posisinya di luar batas pelabuhan sehingga bisa menghindari ongkos sandar dan pengawasan petugas. Otoritas pelabuhan mengatakan, mereka yakin kapal-kapal itu kehilangan muatan ekspor akibat kemerosotan perekonomian global. Pejabat lain menyebutkan, kapal-kapal itu digunakan untuk melakukan transfer minyak ilegal. ”Kapal-kapal itu tidak semestinya membuang sauh di sini. Aktivitas ini dianggap ilegal,” kata Asisten General Manager Otoritas Pelabuhan Johor Damon Nori Masood, Kamis (12/11). ”Semua kapal berada di luar batas pelabuhan dan sejumlah kapal sandar hanya beberapa meter dari garis batas, membuat kami tidak bisa mengambil tindakan,” ujarnya. Masood menambahkan, kapal-kapal itu milik asing atau berbendera asing. Ratusan kapal itu membuang jangkar di sebuah selat sempit yang disebut skema pemisahan lalu lintas (TSS). TSS didesain sebagai area perlintasan bebas untuk memungkinkan otoritas mengontrol pergerakan kapal masuk dan keluar pelabuhan. Masood mengatakan, kapal-kapal yang menganggur itu membahayakan keselamatan kapal-kapal lain yang akan masuk ke pelabuhan karena menghalangi jalan bagi kapal-kapal yang akan sandar. Para nelayan di sekitar perairan itu juga mengeluhkan polusi dari kapal yang mengancam mata pencarian mereka. Azlan Mohamad, nelayan setempat, menuturkan, sebanyak 300-400 kapal yang membuang jangkar di area itu menimbulkan pencemaran dari tumpahan minyak dan pembersihan tangki-tangki kapal secara ilegal. ”Kapal-kapal itu berhenti di wilayah pencarian ikan kami dan membuat kami sulit mencari ikan. Mereka juga membuang kotoran kapal pada malam hari agar tidak ketahuan petugas,” ujar Mohamad. ”Kapal-kapal yang buang sauh di sini memengaruhi pendapatan sekitar 3.000 nelayan. Tangkapan kami sehari-hari turun. Tumpahan minyak membuat hidup kami makin sulit karena merusak jaring kami,” tutur Mohamad. Surat kabar ”Beberapa kapal rusak yang telah ditinggalkan di perairan ”Kegiatan transfer minyak ilegal ini telah berlangsung selama hampir dua tahun dan jumlah kapal di wilayah itu terus bertambah sejak krisis ekonomi. Pemerintah merugi jika kapal-kapal itu tetap tidak melapor dan membayar biaya sandar,” kata Fuad Naemoon, pejabat di kantor divisi kelautan wilayah selatan Malaysia.
No comments:
Post a Comment